BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Gizi
adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolism, dan
pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Memakan
makanan yang beraneka ragam sangatlah bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang di
perlikan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya atau triguna makanan, yaitu
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Makanan sebagai
zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang,
sagu, roti dan mie. Sedangkan makanan sumber zat pembangun berasal dari
kacang-kacangan, tempe, tahu.
Saat
ini banyak sekali permasalahan gizi di masyarakat, penyebab terjadinya gizi
kurang antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Penyeb
Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung
menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan
tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
2. Penyebab
Tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi
kurang, yaitu :
o
Ketahanan pangan keluarga yang kurang
memadai.
o
Pola pengasuhan anak kurang memedai
o
Pelayanan kesehatan dan lingkungan
kurang memadai
Dalam
suatu kelompok masyarakat tertentu, penderita kurang gizi merupakan masalah
yang amat pelik dan tidak mudah penanganannya. Kekurangan gizi merupakan
penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat.
Umumnya penyakit kurang gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menyangkut multidisiplin dan selalu harus di control terutama masyarakat yang
tinggal di Negara-negara berkembang.
Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, ada dua hal penting yang berhubungan dengan
malnutrisi dan hal yang perlu diperhatikan dalam usaha memperbaiki status gizi,
yaitu :
1. Factor
makanan saja
2. Standar
hidup secara nasional tinggi.
Kelompok
masyarakat yang berpeluang terkena
resiko menderita penyakit kurang gizi adalah :
1. Kelompok
masyarakat miskin
2. Kelompok
usia lanjut yang di rawat di RS
3. Kelompok
peminum alcohol dan ketergantungan obat
Keadaan penyakit kekurangan gizi terbagi menjadi dua
kelas berikut:
1. Penyakit
kurang gizi primer
Contoh : pada kekurangan zat gizi esensial spesifik,
seperti kekurangan vitamin C, maka penderita mengalami gejala scurvy, beri-beri
karena kekurangan vitamin B1
2. Penyakit
kurang gizi sekunder
Contoh : penyakit yang di sebabkan oleh adanya
gangguan absorpsi zat gizi atau gangguan metabolism zat gizi.
Saat
ini kasus gizi buruk di Indonesia sudah mengalami penurunan jumlah. Tercatat
penurunan kasus gizi kurang dari 31 persen di tahun 1990 menjadi 17,9 persen di
tahun 2012. Kasus gizi kurang banyak dialami oleh beberapa daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo,
Sulawesi Barat, NTB dan NTT. Daerah
tersebut banyak terdapat penderita gizi buruk, yang menjadi penyebab utamanya
adalah masalah perekonomian yang banyak di alami masyarakat tersebut. Selain
masalah ekonomi, kurangnya pendidikan akan kesehatan dan pangan juga
mempengaruhi masalah gizi buruk. Dalam melakukan pemantauan status gizi, dapat
di lakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pengukuran
langsung
Pengukuran langsung ini bisa di lakukan dengan
pengukuran antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Pengukuran
antropometri digunakan untukmemantau dimensi dan konsumsi tubuh pada berbagai
tingkat umur.
2. Pengukuran
tidak langsung
Dapat dilakukan dengan survey konsumsi, statistic
vital dan factor ekologi. Survey konsumsi dilakukan untuk melihat jumlah dan
macam zat gizi yang di konsumsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PERMASALAHAN
Kasus
Gizi Buruk, Indonesia Masuk Lima Besar
Rabu, 18 Januari 2012 | 20:40
Ilustrasi (sumber: Antara)
Namun kasus gizi buruk pada balita telah menurun dari 31 persen pada
tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2012.
Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp700 miliar per tahunnya.
Saat ini kemenkes memrioritaskan penanggulangan gizi buruk di enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT.
Enam provinsi itu diprioritaskan karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan.
Demikian yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih di Seminar Nasional Pangan dan Gizi 2012 di Jakarta, hari ini.
"Masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Kita punya program Seribu Hari Pertama untuk Negeri yaitu masa kritis perkembangan fisik dan intelektual anak," ujarnya. Program tersebut merupakan penjabaran dari gerakan Scaling-Up Nutrition Movement, yang dicanangkan PBB pada September 2011.
Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp700 miliar per tahunnya.
Saat ini kemenkes memrioritaskan penanggulangan gizi buruk di enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT.
Enam provinsi itu diprioritaskan karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan.
Demikian yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih di Seminar Nasional Pangan dan Gizi 2012 di Jakarta, hari ini.
"Masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Kita punya program Seribu Hari Pertama untuk Negeri yaitu masa kritis perkembangan fisik dan intelektual anak," ujarnya. Program tersebut merupakan penjabaran dari gerakan Scaling-Up Nutrition Movement, yang dicanangkan PBB pada September 2011.
"PBB
mengajak negara-negara anggotanya untuk melakukan perbaikan gizi yang antara
lain memfokuskan pada seribu hari pertama kehidupan. Kami telah mengirimkan
surat kepada Sekjen PBB menyampaikan kesanggupan bergabung dalam gerakan
ini," kata Menkes.
Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2012. Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. "Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau," ujarnya.
Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2012. Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. "Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau," ujarnya.
B.
PEMBAHASAN
Permasalahan
gizi buruk kerap kali terjadi pada anak-anak maupun balita yang biasanya
terjadi di kalangan keluarga menengah
kebawah. Kasus gizi buruk merupakan kasus kesehatan yang harus segera di
tangani karena merupakan hal yang berbahaya bagi kesehatan terutama pada balita
dan masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa
Indonesia. Hingga kini, kasus gizi buruk di Indonesia masuk dalam lima besar,
hal ini sungguh memprihatinkan. Kementrian kesehatan (kemenkes) telah
mengupayakan agar gizi buruk yang ada di Indonesia bisa di selesaikan ataupun
di tanggulangi, kemenkes Indonesia telah mengajukan anggaran sebesar Rp 700
miliar setiap tahunnya. Hal tersebut di lakukan kemenkes untuk memperkecil
angka gizi buruk yang ada di Negara ini. Penanganan gizi buruk saat ini yang
lebih di prioritaskan adalah di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo,
Sulawesi Barat, NTB dan NTT.
Gizi buruk sering kali terjadi pada masyarakat yang tergolong dalam status perekonomian menengah kebawah. Timbulnya gizi kurang juga dapat disebabkan oleh asupan makanan dan penyakit. Anak yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi sering sakit, juga dapat mengalami gizi kurang dan anak yang tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup maka daya tahan tubuhnya akan lemah dan akan mudah terserang penyakit. Makanan yang di sediakan tidak hanya harus memenuhi dalam jumlah yang cukup, tetapi juga hars memiliki mutu gizi yang baik. Asupan makanan yang di konsumsi juga harus seimbang antara protein, karbohidrat, kalsium, vitamin A, yodium, zat besi, dan lain sebagainya. Saat ini pemerintah telah mengupayakan agar gizi di masyarakat lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.
Gizi buruk sering kali terjadi pada masyarakat yang tergolong dalam status perekonomian menengah kebawah. Timbulnya gizi kurang juga dapat disebabkan oleh asupan makanan dan penyakit. Anak yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi sering sakit, juga dapat mengalami gizi kurang dan anak yang tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup maka daya tahan tubuhnya akan lemah dan akan mudah terserang penyakit. Makanan yang di sediakan tidak hanya harus memenuhi dalam jumlah yang cukup, tetapi juga hars memiliki mutu gizi yang baik. Asupan makanan yang di konsumsi juga harus seimbang antara protein, karbohidrat, kalsium, vitamin A, yodium, zat besi, dan lain sebagainya. Saat ini pemerintah telah mengupayakan agar gizi di masyarakat lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.
Upaya
pemerintah untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk tersebut sudah cukup
menunjukkan hasil walaupun belum maksimal. Kasus gizi buruk yang terjadi di
Indonesia hingga saat ini tercatat 17,9 persen. Angka tersebut sudah
menunjukkan bahwa adnya perubahan status gizi masyarakat yang sudah mulai
membaik. Perubahan gizi masyarakat Indonesia yang tercatat dari tahun 1990
hingga sekarang yaitu angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun
dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada saat ini di tahun 2012.
Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau
900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Menkes juga menyatakan
Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A
sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat
kekurangan yodium makin berkurang. Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul
yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada
perbaikan dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor,
beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau,
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kasus
gizi buruk merupakan kasus kesehatan yang harus segera di tangani karena
merupakan hal yang berbahaya bagi kesehatan terutama pada balita dan masalah
gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Gizi
buruk sering kali terjadi pada masyarakat yang tergolong dalam status
perekonomian menengah kebawah. Timbulnya gizi kurang juga dapat disebabkan oleh
asupan makanan dan penyakit. Anak yang mendapat asupan makanan yang cukup
tetapi sering sakit, juga dapat mengalami gizi kurang dan anak yang tidak
mendapatkan asupan makanan yang cukup maka daya tahan tubuhnya akan lemah dan
akan mudah terserang penyakit. Upaya
pemerintah untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk sudah cukup menunjukkan
hasil walaupun belum maksimal. Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia
hingga saat ini tercatat 17,9 persen. Angka tersebut sudah menunjukkan bahwa
adnya perubahan status gizi masyarakat yang sudah mulai membaik.
B.
SARAN
Masyarakat
harus mengetahui tentang pentingnya kebutuhan gizi dalam kehidupan, pemerintah
juga harus selalu memantau status gizi masyarakat agar tercipa lingkungan
kehidupan masyarakat yang sehat.
DAFTAR ISI
2. Hariyanti, Dwi. 2012. Catatan Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta : Stikes Surya Global Yogyakarta.
3.
Atikah
dan Asfuah. 2009. Gizi Untuk Kebidanan ;
medical book . Yogyakarta : Nuha Medika.
4.
Achadi,
Endang. 2008. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Karisma Putra Utama Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar