Elegant Rose), auto;}

Kamis, 14 Februari 2013

KASUS GIZI BURUK di INDONESIA (Tugas Akhir SMT I)





BAB I
PENDAHULUAN

                                                                        
A.    LATAR BELAKANG
Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Memakan makanan yang beraneka ragam sangatlah bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang di perlikan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya atau triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Makanan sebagai zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mie. Sedangkan makanan sumber zat pembangun berasal dari kacang-kacangan, tempe, tahu.
Saat ini banyak sekali permasalahan gizi di masyarakat, penyebab terjadinya gizi kurang antara lain dapat disebabkan oleh:
1.      Penyeb Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
2.      Penyebab Tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang, yaitu :
o  Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
o  Pola pengasuhan anak kurang memedai
o  Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai



Dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, penderita kurang gizi merupakan masalah yang amat pelik dan tidak mudah penanganannya. Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular yang terjadi pada sekelompok masyarakat di suatu tempat. Umumnya penyakit kurang gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menyangkut multidisiplin dan selalu harus di control terutama masyarakat yang tinggal di Negara-negara berkembang.
Berdasarkan penyelidikan dan pengalaman, ada dua hal penting yang berhubungan dengan malnutrisi dan hal yang perlu diperhatikan dalam usaha memperbaiki status gizi, yaitu :
1.   Factor makanan saja
2.   Standar hidup secara nasional tinggi.

Kelompok masyarakat  yang berpeluang terkena resiko menderita penyakit kurang gizi adalah :
1.      Kelompok masyarakat miskin
2.      Kelompok usia lanjut yang di rawat di RS
3.      Kelompok peminum alcohol dan ketergantungan obat
Keadaan penyakit kekurangan gizi terbagi menjadi dua kelas berikut:
1.      Penyakit kurang gizi primer
Contoh : pada kekurangan zat gizi esensial spesifik, seperti kekurangan vitamin C, maka penderita mengalami gejala scurvy, beri-beri karena kekurangan vitamin B1
2.      Penyakit kurang gizi sekunder
Contoh : penyakit yang di sebabkan oleh adanya gangguan absorpsi zat gizi atau gangguan metabolism zat gizi.

Saat ini kasus gizi buruk di Indonesia sudah mengalami penurunan jumlah. Tercatat penurunan kasus gizi kurang dari 31 persen di tahun 1990 menjadi 17,9 persen di tahun 2012. Kasus gizi kurang banyak dialami oleh beberapa daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT.  Daerah tersebut banyak terdapat penderita gizi buruk, yang menjadi penyebab utamanya adalah masalah perekonomian yang banyak di alami masyarakat tersebut. Selain masalah ekonomi, kurangnya pendidikan akan kesehatan dan pangan juga mempengaruhi masalah gizi buruk. Dalam melakukan pemantauan status gizi, dapat di lakukan dengan dua cara yaitu :
1.      Pengukuran langsung
Pengukuran langsung ini bisa di lakukan dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Pengukuran antropometri digunakan untukmemantau dimensi dan konsumsi tubuh pada berbagai tingkat umur.
2.      Pengukuran tidak langsung
Dapat dilakukan dengan survey konsumsi, statistic vital dan factor ekologi. Survey konsumsi dilakukan untuk melihat jumlah dan macam zat gizi yang di konsumsi. 















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PERMASALAHAN
Kasus Gizi Buruk, Indonesia Masuk Lima Besar
      Rabu, 18 Januari 2012 | 20:40
Ilustrasi (sumber: Antara)

Namun kasus gizi buruk pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2012.
Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp700 miliar per tahunnya.
Saat ini kemenkes memrioritaskan penanggulangan gizi buruk di enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT.
Enam provinsi itu diprioritaskan karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan.
Demikian yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih di Seminar Nasional Pangan dan Gizi 2012 di Jakarta, hari ini.
"Masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Kita punya program Seribu Hari Pertama untuk Negeri yaitu masa kritis perkembangan fisik dan intelektual anak," ujarnya. Program tersebut merupakan penjabaran dari gerakan Scaling-Up Nutrition Movement, yang dicanangkan PBB pada September 2011.
"PBB mengajak negara-negara anggotanya untuk melakukan perbaikan gizi yang antara lain memfokuskan pada seribu hari pertama kehidupan. Kami telah mengirimkan surat kepada Sekjen PBB menyampaikan kesanggupan bergabung dalam gerakan ini," kata Menkes.
Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2012. Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. "Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau," ujarnya.


B.     PEMBAHASAN
Permasalahan gizi buruk kerap kali terjadi pada anak-anak maupun balita yang biasanya terjadi di  kalangan keluarga menengah kebawah. Kasus gizi buruk merupakan kasus kesehatan yang harus segera di tangani karena merupakan hal yang berbahaya bagi kesehatan terutama pada balita dan masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Hingga kini, kasus gizi buruk di Indonesia masuk dalam lima besar, hal ini sungguh memprihatinkan. Kementrian kesehatan (kemenkes) telah mengupayakan agar gizi buruk yang ada di Indonesia bisa di selesaikan ataupun di tanggulangi, kemenkes Indonesia telah mengajukan anggaran sebesar Rp 700 miliar setiap tahunnya. Hal tersebut di lakukan kemenkes untuk memperkecil angka gizi buruk yang ada di Negara ini. Penanganan gizi buruk saat ini yang lebih di prioritaskan adalah di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan NTT.
            Gizi buruk sering kali terjadi pada masyarakat yang tergolong dalam status perekonomian menengah kebawah. Timbulnya gizi kurang juga dapat disebabkan oleh asupan makanan dan penyakit. Anak yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi sering sakit, juga dapat mengalami gizi kurang dan anak yang tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup maka daya tahan tubuhnya akan lemah dan akan mudah terserang penyakit. Makanan yang di sediakan tidak hanya harus memenuhi dalam jumlah yang cukup, tetapi juga hars memiliki mutu gizi yang baik. Asupan makanan yang di konsumsi juga harus seimbang antara protein, karbohidrat, kalsium, vitamin A, yodium, zat besi, dan lain sebagainya. Saat ini pemerintah telah mengupayakan agar gizi di masyarakat lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.
Upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk tersebut sudah cukup menunjukkan hasil walaupun belum maksimal. Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia hingga saat ini tercatat 17,9 persen. Angka tersebut sudah menunjukkan bahwa adnya perubahan status gizi masyarakat yang sudah mulai membaik. Perubahan gizi masyarakat Indonesia yang tercatat dari tahun 1990 hingga sekarang yaitu angka prevalensi gizi kurang pada balita telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada saat ini di tahun 2012. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan akibat kekurangan yodium makin berkurang. Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan mineral esensial selalu dipantau,











BAB II
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Kasus gizi buruk merupakan kasus kesehatan yang harus segera di tangani karena merupakan hal yang berbahaya bagi kesehatan terutama pada balita dan masalah gizi itu penting karena berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Gizi buruk sering kali terjadi pada masyarakat yang tergolong dalam status perekonomian menengah kebawah. Timbulnya gizi kurang juga dapat disebabkan oleh asupan makanan dan penyakit. Anak yang mendapat asupan makanan yang cukup tetapi sering sakit, juga dapat mengalami gizi kurang dan anak yang tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup maka daya tahan tubuhnya akan lemah dan akan mudah terserang penyakit.  Upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan gizi buruk sudah cukup menunjukkan hasil walaupun belum maksimal. Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia hingga saat ini tercatat 17,9 persen. Angka tersebut sudah menunjukkan bahwa adnya perubahan status gizi masyarakat yang sudah mulai membaik.

B.     SARAN
Masyarakat harus mengetahui tentang pentingnya kebutuhan gizi dalam kehidupan, pemerintah juga harus selalu memantau status gizi masyarakat agar tercipa lingkungan kehidupan masyarakat yang sehat.








DAFTAR ISI
2.      Hariyanti, Dwi. 2012. Catatan Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Stikes Surya Global Yogyakarta.
3.      Atikah dan Asfuah. 2009. Gizi Untuk Kebidanan ; medical book . Yogyakarta : Nuha Medika.
4.      Achadi, Endang. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Karisma Putra Utama Offset.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar