Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di
bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi,
apendiks berbentuk berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke
arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis
pada usia itu.
Apendisitis adalah suatu radang yang
timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut
abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing.
Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu
sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang
dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith,
tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.
Apendisitis kronik disebabkan fibrosis menyeluruh dinding apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju
daripada negara berkembang. Namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir
menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap
100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu
negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data
epidemologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada
pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan
angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya
antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan
dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada
pria.
A. Pengertian Penyakit Apendisitis
Usus buntu (appendix vermiformis)
sering juga disebut umbai cacing, karena nama ilmiahnya memang berarti tambahan
berbentuk cacing. Panjangnya sekitar 9 cm dan melekat pada pangkal usus besar.
Biasanya letaknya di sebelah kanan bawah perut dekat pangkal paha.
Seringkali ujung dari usus buntu
yang bentuknya seperti tabung tersebut tersumbat oleh benda-benda seperti bahan
makanan yang tidak tercerna, cacing dari usus, atau bahan-bahan tinja yang
mengeras. akibatnya saluran keluar usus buntu tertutup. Akibatnya usus buntu
akan bengkak, mudah terkena infeksi dan meradang (appendictis).
Apendisitis merupakan gejala peradangan atau
pembengkakan yang terjadi pada appendix
sehingga aliran limpa dan darah terhambat. Akibatnya appendix mengalami kerusakan dan pembusukan. Appendix yang membusuk mengandung nanah yang bisa pecah dan
meyebarkan bakteri ke seluruh rongga perut.
apendisitis adalah salah satu penyakit yang populer di masyarakat. Penyakit ini banyak diderita oleh mereka yang berumur 10-30 tahun.
apendisitis adalah salah satu penyakit yang populer di masyarakat. Penyakit ini banyak diderita oleh mereka yang berumur 10-30 tahun.
Operasi
dilakukan untuk penyembuhan radang usus yang membengkak, operasi ini membutuhkan perawatan terlebih
dahulu kira-kira 3 bulan yang tentunya akan sangat memakan banyak biaya. Bila terjadi
gejala dari penyakit apendisitis dalam waktu tiga hari berturut-turut,
penderita harap segera menghubungi dokter atau datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis
sehingga bisa langsung dioperasi, akan tetapi jika gejala apendisitis dibiarkan
lebih dari satu minggu, maka perawatan medis serius sangat diperlukan untuk
meredakan radang usus yang terjadi sebelum penderita melakukan operasi penyembuhan.
· Anatomi Fisiologi
1.
Anatomi
Apendiks
merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm),
dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk berbentuk kerucut,
lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin
menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus,
apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak
dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.
Pada
kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum,
di belakang kolon assendens, atau di tepi lateral kolon assendens. Gejala
klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.
Persarafan
parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior
dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.
Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.
Perdarahan
apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral.
Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks
akan mengalami gangren.
2.
Fisiologi
Apendiks
menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.
Immunoglobulin
sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue)
yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks., ialah IgA.
Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
demikian, pengangkatan apendiks tidak memengaruhi system imun tubuh karena
jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
3.
Epidemologi
Ada
beberapa fakta-fakta dalam buku ilmiah bahwa pada tahun 1500-an para ahli
mengakui adanya hubungan yang sebenarnya dengan inflamasi yang membahayakan
dari daerah sekum yang disebut “pertyphilitist”. Meskipun dilaporkan
keberhasilan apendiktomi pertama pada tahun 1776, pada 1886 baru Reginal Flitz
yang membantu membuat aturan bedah dalam pengangkatan apendiks yang meradang
sebagai pengobatan, yang sebelumnya dianggap fatal. Pada tahun 1889, Charles
McBurney mengenalkan laporan lama sebelum New York Surgical Society
mengemukakan akan pentingnya operasi apendisitis akut dini serta kelembapan
titik maksimum dari perut yang ditentukan dengan menekan satu-tiga jari di
garis yang menghubungkan antara spina iliaca anterior superior dengan
umbilicus. Lima tahun kemudian ia menemukan pemisahan otot dengan pemotongan yang
kini dikenal dengan namanya.
4. Klasifikasi
Apendisitis terbagi menjadi 2,
yaitu:
a.
Apendisitis
akut, dibagi atas:
- Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
- Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas:
- Apendisitis kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
- Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
5.
Etiologi
Apendisitis
akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria
yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia jaringan
limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi
mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. namun ada beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya:
1.
Faktor
sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya
apendisitis (90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan
oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4%
karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan
cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam
apendisitis akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus
sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90%
pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.
2.
Faktor
Bakteri
Infeksi
enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat
infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada
kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes
fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,
Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman
anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.
3. Kecenderungan familiar
Hal
ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,
apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang
mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan
dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekalith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
4.
Faktor
ras dan diet
Faktor
ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit
putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai risiko lebih tinggi dari
Negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat. Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki risiko apendisitis yang lebih
tinggi.
5. Faktor infeksi saluran pernapasan
Setelah
mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza dan
pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena
penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan
apendisitis.
4.
Patogenesis
Apendisitis
vermiformis merupakan sisa apeks sekum yang pada manusia fungsinya tidak
diketahui. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 sampai 9 cm).
Pada apendiks ini terdapat arteria apendikularis yang merupakan end-artery.
Pada
posisinya yang normal, apendiks terletak pada dinding abdomen di bawah titik Mc
Burney. Titik Mc Burney dicari dengan menarik garis dari spina
iliaka superior kanan ke umbilicus. Titik tengah garis ini merupakan tempat
pangkal apendiks.
Apendisitis merupakan suatu peradangan apendiks yang
mengenai semua lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga
karena obstruksi lumen, biasanya oleh fekalith (feses keras). Pemyumbatan
pengeluaran sekret mukus mengakibatkan pembengkakkan, infeksi dan ulserasi.
Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan oklusi end-artery
apendikularis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, biasanya
mengakibatkan nekrosis, gangren, dan perforasi. Dalam
penelitian terakhir telah ditemukan bahwa ulserasi mukusa merupakan langkah
awal dari terjadinya apendisitis pada lebih dari separuh kasus, lebih sering
daripada sumbatan pada lumen (Silen, 1991). Penyebab ulserasi tidak diketahui,
walaupun sampai sekarang telah dipostulasikan bahwa penyebabnya adalah virus.
B.
Gejala
dan Penyebab Apendisitis
·
Gejala
Penyakit Apendisitis
Gejala yang dirasakan cenderung
mendadak, kadang timbul dalam waktu satu atau dua hari. Gejala yang sering
timbul pada penyakit appendiksitis adalah :
Rasa nyeri yang dimulai dari bagian tengah perut dan berpindah kebagian bawah sebelah kanan perut, dengan perut kaku seperti papan.
Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.
Rasa nyeri semakin meningkat dan terasa ada tekanan pada bagian kanan bawah saat berjalan. Sembelit sehingga penderita memerlukan obat pencahar.
Bagian kiri bawah perut terlalu lunak untuk disentuh, diperkirakan bagian perut mengalami peradangan, demam, suhu badan akan meninggi, dan akan merasa mual sampai menusuk. Rasa mual di sebabkan rangsangan usus buntu yang meradang pada selaput lendir perut (peritoneum). Diagnosis klinis appendiksitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20 % kasus. Kesalahan itu sering terjadi pada wanita dibanding pada pria. Hal ini dapat disebabkan karena wanita, terutama yang muda sering mengalami gangguan mirip appendicitis akut. Keluhan ini berasal dari organ reproduksi dalam atau penyakit lain. Adanya USG dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Pemeriksaa jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosa penyakit ini. Kesehatan adalah sesuatu yang didambakan oleh setiap insan. Membuat pilihan yang bijaksana, terutama dalam memilih apa yang akan di makan hari ini, adalah modal dasar bagi kesehatan yang optimal. Untuk itu, jauhkan diri dari minuman-minuman botol atau kaleng yang mengandung gas, hindari rokok. Mengkonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran sangat penting untuk menghindari terjadinya appendiksitis.
Rasa nyeri yang dimulai dari bagian tengah perut dan berpindah kebagian bawah sebelah kanan perut, dengan perut kaku seperti papan.
Nafsu makan hilang, sehingga badan terasa lemah.
Rasa nyeri semakin meningkat dan terasa ada tekanan pada bagian kanan bawah saat berjalan. Sembelit sehingga penderita memerlukan obat pencahar.
Bagian kiri bawah perut terlalu lunak untuk disentuh, diperkirakan bagian perut mengalami peradangan, demam, suhu badan akan meninggi, dan akan merasa mual sampai menusuk. Rasa mual di sebabkan rangsangan usus buntu yang meradang pada selaput lendir perut (peritoneum). Diagnosis klinis appendiksitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20 % kasus. Kesalahan itu sering terjadi pada wanita dibanding pada pria. Hal ini dapat disebabkan karena wanita, terutama yang muda sering mengalami gangguan mirip appendicitis akut. Keluhan ini berasal dari organ reproduksi dalam atau penyakit lain. Adanya USG dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Pemeriksaa jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosa penyakit ini. Kesehatan adalah sesuatu yang didambakan oleh setiap insan. Membuat pilihan yang bijaksana, terutama dalam memilih apa yang akan di makan hari ini, adalah modal dasar bagi kesehatan yang optimal. Untuk itu, jauhkan diri dari minuman-minuman botol atau kaleng yang mengandung gas, hindari rokok. Mengkonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran sangat penting untuk menghindari terjadinya appendiksitis.
·
Penyebab
Apendisitis
Penyebab radang usus
buntu seringkali berkaitan dengan penyumbatan bagian dalam usus buntu,
yang dikenal sebagai lumen. Penyumbatan penyumbatan bagian dalam usus buntu
tersebut menyebabkan tekanan meningkat, aliran darah terganggu, dan peradangan.
Jika sumbatan tidak segera diobati, ada kemungkinan radang usus buntu tersebut
pecah dan membutuhkan penanganan medis yang sangat serius.
Penyakit radang usus buntu terjadi
karena beberapa penyebab, diantaranya adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, penyumbatan atau obstruksi yang terjadi pada lapisan saluran (lumen)
appendiks yang diakibatkan oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit),
hyperplasia (pembesaran) yang terjadi pada jaringan limfoid, penyakit cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh, kanker primer dan striktur.
Akan tetapi kasus penyakit radang
usus buntu biasanya terjadi karena penyumbatan tinja/faces dan hyperplasia
jaringan limfoid. Seperti yang kalian tahu bahwa tinja/faces terdapat bakteri
Escherichia Coli, barangkali bakteri Escherichia Coli inilah yang kemudian
menginfeksi dan menyebabkan penyakit radang usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya ataupun
makan jambu klutuk bersama bijinya, dapat pula menyebabkan radang usus buntu.
Hal itu disebabkan biji buah tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan masuk
ke dalam saluran appendiks sebagai benda asing. Hal tersebut dapat dijadikan
media bagi bakteri untuk berkembang biak sehingga menyebabkan infeksi dan
berujung pada radang usus buntu.
Bakteri dapat menginfeksi bagian
appendiks yang menyebabkan peradangan pada daerah tersebut.
Tumbuhnya jaringan limfe, tinja, tumor appendiks dan cacing askaris dapat menyebabkan penyumbatan appendiks. Ruang dalam appendiks sangat sempit, sehingga bahan-bahan buangan atau benda asing di atas yang terperangkap di dalam appendiks dan menyebabkan penyumbatan menyebabkan radang yang hebat dan dapat menimbulkan infeksi. Hambatan aliran lendir ke sekum Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari, lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lubang apendik dan selanjutnya mengalir ke sekum. Terhambatnya aliran lendir dari appendiks tersebut akan membentuk sumbatan pada appendiks yang menimbulkan peradangan pada daerah appendiks dan infeksi pada appendiks.
Tumbuhnya jaringan limfe, tinja, tumor appendiks dan cacing askaris dapat menyebabkan penyumbatan appendiks. Ruang dalam appendiks sangat sempit, sehingga bahan-bahan buangan atau benda asing di atas yang terperangkap di dalam appendiks dan menyebabkan penyumbatan menyebabkan radang yang hebat dan dapat menimbulkan infeksi. Hambatan aliran lendir ke sekum Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari, lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lubang apendik dan selanjutnya mengalir ke sekum. Terhambatnya aliran lendir dari appendiks tersebut akan membentuk sumbatan pada appendiks yang menimbulkan peradangan pada daerah appendiks dan infeksi pada appendiks.
Appendiks yang terinfeksi akan
mengalami perforasi (pecah), dengan melepaskan bakteri ke dalam rongga perut.
Hal ini kemudian dapat menimbulkan peritonitis, suatu komplikasi yang fatal,
dimana peritoneum, selaput yang membatasi rongga perut dan menutup lambung
serta usus halus menjadi meradang. Asumsi yang berkembang di masyarakat,
appendiksitis harus diatasi dengan jalan operasi. Operasi bukan satu-satunya
jalan untuk mengatasi appendiksitis. Cara mengatasi appendiksitis perlu
memperhatikan kondisi appendiksitis. Untuk kasus appendiksitis ringan,
mengatasinya dapat dilakukan dengan obat antibiotik, sebab penyebab utama
radang usus buntu adalah infeksi bakteri. Kasus appendiksitis yang lebih serius
dan dikhawatirkan appendiks akan pecah, maka cara pembedahan dapat dijadikan
sebagai pertimbangan utama.
Appendectomy merupakan pembedahan
untuk mengangkat appendiks yang meradang. Appendiks yang diangkat tidak akan
mempengaruhi kesehatan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Justru, kasus
appendiksitis yang sangat serius dan tidak segera diangkat dapat menimbulkan
masalah yang cukup berat.
Pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sebab appendiks merupakan bagian yang kecil jika dibandingkan dengan panjang saluran pencernaan yang juga mengahasilkan immunoglobulin A.
Pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sebab appendiks merupakan bagian yang kecil jika dibandingkan dengan panjang saluran pencernaan yang juga mengahasilkan immunoglobulin A.
· Pencegahan Apendisitis
Bila
sudah terkena radang apendisitis untuk mencegah usus buntu pecah, dan
menghindari infeksi yang semakin meluas, maka tindakan yang paling tepat
dilakukan adalah dengan pembedahan. Penundaan pembedahan dapat berakibat fatal,
karena usus buntu yang telah erinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24
jam. Setelah dilakukan operasi pembedahan, sebaiknya perbanyak mengkonsumsi
makanan yang menunjang untuk percepatan penyembuhan bekas operasi.
Salah satu
kiat agar terhindar dari penyakit radang usus buntu adalah mengkonsumsi makanan
yang kaya serat atau ditambah food suplement seperti HILBA PLUS yang sangat
kaya serat. Mengkonsumsi makanan yang kaya serat akan membantu melunakkan
makanan sehingga tidak menginap terlalu lama di dalam usus besar. Hal itu bisa
mencegah sebagian sampah makanan nyasar ke dalam usus buntu. Sehingga kemungkinan
terjadinya radang usus buntu bisa diperkecil. Makanan kaya serat juga merupakan
nutrisi yang cocok untuk kehidupan bakteri 'baik' di dalam usus besar, tetapi
tidak disukai bakteri patogen (yang menimbulkan penyakit). Karena itu, banyak mengkonsumsi
makanan berserat juga membantu menunjang perkembangan bakteri baik. Sehingga
pencernaan dan tubuh kita akan lebih sehat, karena lebih banyak terdapat
bakteri 'baik' daripada bakteri patogen di dalam usus.
·
Pengobatan
Apendisitis
Pembedahan segera
dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur (peca), terbentuknya abses
atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Pada hampir 15% pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Tetapi penundaan pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Usus buntu yang terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan meskipun apendisitis bukan penyebabnya, usus buntu tetap diangkat. Lalu dokter bedah akan memeriksa perut dan mencoba menentukan penyebab nyeri yang sebenarnya.
Pada hampir 15% pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Tetapi penundaan pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Usus buntu yang terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan meskipun apendisitis bukan penyebabnya, usus buntu tetap diangkat. Lalu dokter bedah akan memeriksa perut dan mencoba menentukan penyebab nyeri yang sebenarnya.
Pembedahan yang segera
dilakukan bisa mengurangi angka kematian pada apendisitis.
Penderita dapat pulang dari rumah sakit dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna.
Usus buntu yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering berakhir fatal. Dengan pemberian antibiotik, angka kematian mendekati nol.
Penderita dapat pulang dari rumah sakit dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna.
Usus buntu yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering berakhir fatal. Dengan pemberian antibiotik, angka kematian mendekati nol.
Antibiotik yang diberikan seperti
- Golongan penisilin : Piperacillin+tazobactam , Ampicillin+sulbactam, Ticarcillin+clavulanate
- Golongan aminoglikosida : Gentamicin
- Golongan kuinolon : Ciprofloxacin , Levofloxacin , Moxifloxacin